Mari Bersahabat dengan Kekecewaan

17 November 2011 0 komentar
Bicara tentang skenario kehidupan, betapa Alloh membuat semuanya berjalan menuju sebuah keseimbangan. Keseimbangan ini berjalan secara alamiah, hanya datang pada sebuah keadaan dimana terjadi sebuah kecenderungan yang berlebihan. Alloh mengatur keseimbangan ini secara luar biasa, penuh rahasia tapi tetap syarat makna.

Segala kegetiran hidup yang kerap kali kita rasakan tak pernah berjalan secara abadi, karena terdapat titik-titik dimana kita akan merasakan momen-momen membahagiakan yang begitu mengundang senyum, tawa, dan air mata bahagia. Begitu pula sebaliknya, tak ada hidup yang berjalan sempurna yang hanya berbicara tentang kebahagiaan tanpa cacat, karena pada kenyataannya selalu ada kesedihan yang datang mungkin tak terduga, tanpa diminta namun begitu menyesakkan dada. Ya, kebahagiaan dan kesedihan layaknya pemeran opera sabun yang masing-masing memiliki peran yang saling melengkapi dan menyeimbangkan, tak akan ada protagonis tanpa antagonis dalam sebuah drama.

Dalam menjalani kehidupan ini, terdapat sebuah penyemangat yang menjadikan hidup terlihat lebih sederhana dari kenyataan yang ada, dan itu adalah harapan. Harapan merupakan hal yang indah, menggetarkan gairah, dan membuat pipi merona merah. Siapa yang mempunyai harapan, maka ia akan terlihat lebih positif dalam memandang hidup, dan siapa yang kehilangan harapan maka ia akan menjadi sosok skeptis yang lebih memilih memandang hidup lebih rumit, lebih jahat dan tentu lebih negatif.

Mario Teguh pernah berkata “Harapan yang dalam adalah pembentuk kerendahan hati yang mudah menerima yang kecil dan yang sederhana, sebagai syarat bagi pencapaian dari yang besar dan yang sulit”.

Dari perkataan Mario Teguh di atas, saya sengaja menebalkan dua huruf yang menurut saya merupakan inti makna dari kutipan tersebut. Kecil dan besar, dua kata yang memiliki arti bertolak belakang tapi pada dasarnya memiliki hubungan yang sering kali tidak bisa terpisahkan dan tentunya saling menyeimbangkan. Semua hal-hal yang besar, terkadang selalu diawali dengan hal-hal yang kecil pada awalnya. Sama halnya dengan sebuah harapan, menurut kesimpulan pribadi saya, setiap harapan yang besar, diawali dengan harapan-harapan kecil yang semakin lama semakin bertumpuk sehingga menimbulkan keyakinan yang menguatkan untuk membentuk harapan yang lebih besar.

Sayangnya, seperti yang saya tulis diawal tulisan ini, Alloh selalu menciptakan keseimbangan di dunia ini. Dibalik sebuah harapan yang begitu indah, Alloh menciptakan kekecewaan sebagai peyeimbang keindahan harapan. Kekecewaan hadir disetiap harapan yang ternyata gagal menjadi kenyataan. Ia memang menyesakkan dada, seringkali membuat kita menitikan air mata, tapi inilah hidup yang Alloh ciptakan.

Kekecewaan saya yakini, pasti akan datang dalam kehidupan orang-orang yang memiliki harapan besar atau kecil dalam hidupnya, dengan waktu yang tidak dapat diprediksi. Begitu pula dalam kehidupan saya.

Dulu saya punya sebuah harapan besar agar saya bisa menjadi seorang dokter gigi, tetapi lihat dimana saya berada sekarang? Saya sedang menjalani perkuliahan dimana bidang kedokteran gigi tidak menjadi bagian dari rutinitas saya. Saya kecewa? Tentu! Saya menangis? Dulu,iya! Betapa saya sangat kecewa ketika itu, ketika ternyata harapan yang saya junjung tinggi pada akhirnya tidak akan pernah menjadi nyata. Tak terhitung seberapa sering saya menangis dalam diam ketika itu, menyadari betapa sakitnya rasa kecewa yang saya rasakan. Bahkan saya merasa enggan bertemu muka dengan mamah, ketika saya sadar lagi-lagi saya mengecewakan beliau dan mengecewakan diri saya sendiri. Saya merasa begitu gagal ketika itu, rasa percaya diri entah hilang kemana, ya saya terjatuh, benar-benar terjatuh. Saya takut menjalani kehidupan, saya malu ketika tanpa sadar saya membandingkan diri saya dengan kakak-kakak saya yang hebat, yang bisa merealisasikan harapan-harapan mereka masing-masing dengan mudahnya. Sampai pada akhirnya saya bertanya pada diri saya sendiri.

“Mau sampai terpuruk dalam kekecewaan ini? Mau sampai kapan jadi manusia yang hilang gairah dan tanpa semangat?”

Maka setelah itu saya putuskan untuk bersahabat dengan kekecewaan yang tengah bergejolak dalam diri saya. Saya coba untuk mrrubah semua prespektif negative saya tentang kekecewaan ini, menjadi sebuah hal yang positif, lebih indah dan lebih mudah. Semuanya saya lakukan perlahan-lahan, dengan mencoba mencintai apa yang saya pilih sebagai pelarian atas kekecewaan saya. Dan ini membutuhkan waktu yang lama, sangat lama. Sampai sekarang setelah dua tahun berlalupun saya masih belum yakin, sudahkan saya benar-benar mencintai pelarian ini seperti dulu saya mencintai harapan yang gagal itu. Saya tak peduli, karena yang terpenting menurut saya sekarang adalah setidaknya saya sudah berniat, mau, dan mencoba untuk bangkit dari rasa kecewa yang dulu membelit kehidupan saya.

Dan sekarang, saya ternyata begitu menikmati semua proses dimana saya memutuskan untuk bersahabat dengan kekecewaan, kemudian perlahan-lahan mencintai. Jangan pikir dalam proses ini semua berjalan begitu mudah, karena nyatanya lagi-lagi saya menemukan kekecewaan baru dalam proses ini. Saya menyerah? Tidak! Karena (lagi,lagi) saya mencoba untuk bersahabat (lagi) dengan kekecewaan. Saya sendiri sadar tentang sebuah kesimpulan yang saya simpulkan sendiri, bahwa semakin saya bersahabat (lagi) dengan kekecewaan, maka saya akan bersahabat (lagi, lagi, lagi, dan lagi) dengan kekecewaan, ya (lagi, lagi) saya bilang inilah hidup.

Intinya adalah mari bersahabat dengan kekecewaan, karena nyatanya tak akan selalu ada harapan yang terlaksana secara sempurna. Tetapi, yakinlah Alloh selalu mempunyai penyeimbang untuk mencipatakan keseimbangan.(DIR)

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Dea Insani Ramadhan | TNB