Mengganti dan Menambal Prinsip

09 April 2012 0 komentar
“Neng ban dalemnya bocor, nih liat udah sobek begini. Padahal cuma kena kawat-kawat yang kecil,tapi sobeknya sampe parah gini. Ban luarnya udah tipis neng. Buat sekarang mah ban dalemnya harus diganti!” Suara seorang penambal ban membuyarkan lamunan saya.

“Oh iya mang,” saya menjawab setengah terkejut dan kemudian bertanya “kira-kira habis berapaeun ya mang?”

“35 ribu neng. Gimana? Soalnya ban dalemnya udah rusak pisan, kalo dipaksakan ditambal juga pasti ga akan bisa,”

Saya menarik nafas dalam-dalam dan bertanya dalam hati saya sendiri kenapa harus hari ini ban motor saya kempes. Minggu ini saya merasa boros dalam memanfaatkan uang pemberian mamah saya oleh karena itu saya sangat kebingungan harus mengganti ban dalam motor ditengah keterbatasan dana yang saya alami minggu ini.

Saya merogoh saku celana saya dalam, mencari lembaran-lembaran uang yang terselip di dalamnya. Dua lembar pecahan Rp 10000,00 dan satu lembar pecahan Rp 20000,00 saya temukan. Baiklah mungkin cukup untuk saya mengganti ban dalam dan makan saya malam ini.

“Sok mangga mang ganti aja,” saya mempersilahkan penambal ban tersebut untuk melaksanakan apa yang dia tawarkan kepada saya tadi.



Sambil memperhatikan motor saya yang sedang diperbaiki, saya memeperhatikan jalanan yang ketika itu sangat ramai, dan kemudian pikiran saya melayang memikirkan nasib ban motor kesayangan saya.
a
"Kalau ban luarnya harus diganti pasti mahal. Dapet uang dari mana? Motornya aja belum diservice. Mudah-mudahan ban luarnya kuat sampe saya dapet rezeky" saya bergumam kecil dalam hati seraya menghembuskan nafas panjang.

Tiba-tiba datang bapak setengah baya datang menghampiri saya.

"Kenapa neng, kok ngelamun?" tanya kepada saya dengan senyum hangat yang tersungging di bibir hitamnya.

"Bocor pak bannya, kena kawat mungkin gara-gara ban luarnya udah tipis," jawab saya seramah mungkin.

"Belum pernah diganti ban luarnya ya, neng?"

"Iya pak belum,hehe," saya menjawab sambil tersenyum malu.

"Ban luar harusnya diganti neng kalo udah tipis begitu mah. Biar ga licin pas dipake kalau hujan, terus biar ga gampang bocor. Memang mahal, tapi kan demi kelancaran dan keselamatan kita dijalan. Jalanan kadang-kadang kejam ya, neng." Beliau menasehati saya dengan lembutnya.

"Iya pak Insyaallah kalo ada rizky nanti saya ganti bannya." Saya tersenyum dan kemudian beliau pergi meninggalkan saya setelah berpamitan ingin pergi membeli rokok.

Setelah kurang lebih 15 menit saya menunggu ban dalam motor saya diganti akhirnya selesai juga. Saya beranjak dari tempat duduk saya dan kemudian memberikan uang kepada penambak ban atas jasanya mengganti ban dalam. Kemudian saya berpamitan pulang. Sebelum saya pergi terdengar suara dari penambal ban tersebut.

"Hati-hati neng ! Bannya udah licin !" Saya tersenyum dalam hati mengiyakan.

Awalnya saya pikir, setelah kejadian mengganti ban dalam waktu itu, ban motor saya tidak akan lagi bermasalah setidaknya dalam jangka waktu yang lumayan lama sampai nanti saya mengganti ban luarnya. Tapi ternyata perkiraan saya meleset. Dua hari setelah penggantian ban dalam, ban saya lagi-lagi bermasalah. Ya, hanya dalam jangka waktu dua hari.

Ketika itu saya tengah terburu-buru, setelah mendapatkan telepon dari teman saya yang baru saja terkena musibah dan sepertinya membutuhkan pertolongan saya. Ditengah keterburu-buruan saya, tiba-tiba ban motor saya kempes tidak jauh dari rumah saya. Saya berusaha setengan mungkin menghadapinya. Saya ingat tak jauh dari lokasi saya ketika itu terdapat tambal ban. Saya dorong motor saya sekuat yang saya bisa, tapi kemudian saya mulai panik. Saya panik ketika saya sadar saya tidak membawa uang sepeserpun.

Hari itu sisa uang saya tinggal satu lembar uang sepuluh ribu, saya belum sempat pergi ke ATM terdekat untuk mengambil uang. Sebelum pergi ke tempat teman saya, saya menghabisakan sisa uang yang saya punya untuk membeli bensin, dengan perkiraan bahwa saya akan mengmbil uang di ATM nanti saja setelah pulang dari teman saya dengan keyakinan tidak akan terjadi apa-apa selama perjalanan. Dan lagi-lagi prediksi saya meleset. Ban saya (lagi-lagi) kempes dan saya tidak membawa uang sepeserpun.

Namun saya tidak hilang akal. Setibanya ditempat penambalan ban, saya menelpon orang rumah untuk datang menghampiri saya dengan mebawa uang. Selesai sudah tentang masalah keuangan akibat dari ke-sok-tau-an saya tentang memprediksi beberapa waktu kedepan, yang ketika prediksi meleset saya kelabakan sendiri karena tidak melakukan beberapa pencegahan sebelumnya.

"Mang bannya kenapa ya?" tanya saya seraya menghampiri penambal ban yang sedang memeriksa ban motor saya.

"Ini mah bocor neng, padahal cuma kena paku kecil, ban dalemnya juga masih bagus. Pasti gara-gara ban luarnya ini mah. Saya tambal dulu ya, neng."



Sambil menunggu, saya berpikir. Lagi-lagi karena ban luar. Dan saya baru menyadari bahwa ban luar memiliki fungsi yang penting untuk motor saya, setidaknya untuk menjaga ban dalam motor saya dari kejamnya tekstur jalanan. Sesuatu yang berada di luar akan mempengaruhi apa yang ada di dalam. Luarnya bagus, mudah-mudahan yang didalam akan mengikuti.

Saya pikir sama halnya dengan prinsip. Bahwa prinsip merupakan hal terluar dari cara untuk menyikapi hidup. Saya yakin setiap orang di dunia ini memiliki prinsip hidup masing-masing yang didapat dari sebuah proses yang dilewati oleh masing-masing, termasuk saya.

Dulu saya sempat berprinsip bahwa hidup harus dilawan. Dan sekarang ini saya sadar bahwa prinsip yang saya percayai kurang tepat untuk diterapkan dalam kehidupan sekarang yang menuntut setiap orang untuk menjadi pribadi yang super. Sama seperti ban motor, kalau sudah tipis harus diganti, kalau bocor haris ditambal, begitu pulalah yang terjadi pada prinsip hidup saya. Prinsip yang kurang tepat bisa diganti dengan ditambal prinsip yang lebih baik lagi. Dan prinsip yang salah harus diganti dengan prinsip yang benar. Sampai akhirnya saya memperbaiki prinsip saya selama ini.

Bahwa "Hidup bukan untuk dilawan tetapi untuk di-kawan-i. Ketika kamu sudah berkawan dengan hidup, maka kamu akan mendapatkan celah untuk melakukan yang terbaik dari diri kamu yang terbaik dalam menghadapi hidup"

Ya itulah prinsip hidup saya setidaknya untuk sekarang ini. Ketika nanti prinsip ini tidak lagi sesuai seiring proses hidup yang terus berjalan, mau tidak mau saya harus mengganti atau menambalnya sama halnya dengan nasib ban motor saya. (DIR)

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Dea Insani Ramadhan | TNB