Kehilangan

09 September 2012 1 komentar
Akhir-akhir ini saya sering mendengar cerita dari orang-orang disekeliling saya dengan satu tema yang sama, kehilangan. Satu tema yang bisa dengan tiba-tibanya membuat kehidupan seseorang menjadi tanpa makna, membuat warna pink menjadi pekat, membuat rasa durian menjadi pahit, membuat kapas terasa kasar, membuat pujian serasa cibiran, membuat pagi begitu sepi, membuat malam berubah kelam, semenyedihkan itu sebuah kehilangan.

Mereka yang bercerita kepada saya, selalu datang dengan muka penuh lipatan-lipatan duka. Bercerita dengan luapan emosi yang tertahan, tangan yang mengepal-ngepal, kaki yang bergerak-gerak tak tenang, bola mata yang berkeliaran hilang fokus, bahkan dengan mata berkaca-kaca, semengesalkan itu sebuah kehilangan.

Kalian mungkin bertanya-tanya, sebenarnya bentuk kehilangan apa yang saya maksud disini yang terasa begitu menyedihkan dan mengesalkan. Ini adalah bentuk kehilangan yang mungkin pernah, sedang, dan akan kalian atau saya alami (mudah-mudahan tidak akan pernah). Menurut saya kehilangan bentuk ini adalah kehilangan yang kita rangkai, kita ciptakan, dan kita putuskan sendiri. Kehilangan yang pada dasarnya bisa kita hindari atau kita antisipasi, kecuali kehilangan ini terjadi karena putusan Alloh yang disebut takdir. Can guess what I mean? Saya yakin sebagian dari kalian sudah mulai bisa menebak arah dari apa yang saya maksud, atau bahkan kalian sudah bisa menebak dengan tepat. Mari saya beritahu apa yang saya maksud disini, agar semuanya menjadi sedikit lebih jelas. Ini tentang kehilangan pacar, kekasih, boyfriend, atau apapun istilahnya yang sudah manusia ciptakan. Sejujurnya saya, saya agak sedikit risih bila harus menuliskan atau mengucapkan istilah tersebut. Jangan tanya kenapa, karena saya sendiri tidak tahu mengapa. Maka izinkan saya mengganti istilah-istilah tersebut menjadi 'dia-yang-membuat-hidup-lebih-berwarna' agar saya bisa lebih nyaman berbicara masalah ini.

Saya yang terlahir sebagai perempuan, tentunya akan lebih banyak memiliki teman-teman yang berjenis kelamin sama. Dan dari merekalah saya mendengar berbagai macam kisah tentang kehilangan ini. Secara detail alasan kehilangan yang mereka ceritakan bermacam-macam bahkan seringkali mebuat saya terheran-heran, ternganga, dan terbelalak dibuatnya, semengerikan itu kehilangan.

Namun yang paling hebat dari sebuah kehilangan yang menyedihkan, mengesalkan, dan ditambah lagi mengerikan adalah kekuatan yang timbul setelahnya. Ya, kekuatan yang terbit setelah kehilangan. Mereka yang dengan kuat mengontrol rasa, yang dengan kuat mengontrol jiwa, yang dengan kuat mengontrol raga, yang dengan kuat menegakkan badan, yang dengan kuat kembali mengangkat dagu, yang dengan kuat menghampus air mata, yang dengan kuat mengikhlaskan kepergian 'dia-yang-membuat-hidup-lebih-berwarna', yang dengan kuat berkata bahwa aku bisa kembali bahagia walau mungkin sudah terluka, semenguatkan itu kehilangan.

Saya sendiri belum pernah merasakan langsung kesedihan, kekesalan, kengerian, dan kekuatan dari kehilangan 'dia-yang-membuat-hidup-lebih-berwarna', karena saya tidak punya 'dia-yang-membuat-hidup-lebih-berwarna'. Saya hanya punya partner.

Saya dan partner, sama-sama menyadari bahwa MUNGKIN suatu saat akan datang tiba waktu untuk benar-benar merasakan apa itu kehilangan. Kehilangan yang kata orang menyedihkan, yang kata orang mengesalkan, yang kata orang mengerikan, tapi juga menguatkan. Saya yakin, saya dan dia sedang sama-sama mempersiapkan diri untuk menyambut sebuah kenyataan jika kehilangan itu benar-benar tiba dan benar-benar ada.

Sekarang kami menikmati kebersamaan kami, kami menikamti waktu yang kami bagi, kami menikmati setiap diskusi-diskusi kecil kami, kami menikmati candaan-candaan kami, kami menikmati jalan yang dilalui oleh kami, dan kami menikmati semua proses yang terjadi pada kami. Salah satunya untuk mempersiapkan diri, sampai kehilangan itu tiba.

Ketika kehilangan itu tiba, biarkan kami menyimpulkan bahwa kehilangan tidak semenyedihkan seperti yang kami pikir dulu, karena dengan kehilangan ini kami pernah merasakan kebahagian berbagi. Ketika kehilangan itu tiba, biarkan kami menyimpulkan bahwa kehilangan tidak semengesalkan seperti yang kami pikir dulu, karena dengan kehilangan ini kami pernah merasakan senangnya bercanda bersama. Ketika kehilangan itu tiba, biarkan kami menyimpulkan bahwa kehilangan tidak semengerikan seperti yang kami pikir dulu, karena dengan kehilangan ini kami pernah merasakan indahnya proses yang dilalui. Namun ketika kehilangan itu tiba, biarkan kami menyimpulkan bahwa kehilangan memang benar-benar menguatkan seperti yang kami pikir dulu.

Masih ingat kata-kata yang pernah saya pakai di tulisan-tulisan saya sebelumnya?
"Biarkan Alloh yang mengatur atas apa yang harus dipertahankan, apa yang harus dipisahkan, apa yang harus didapatkan, dan apa yang harus dilepaskan."

Ya, biarkan Allohlah yang mengatur saat kehilangan kami. Jangan biarkan saat kehilangan yang MUNGKIN terjadi nanti adalah bentuk kehilangan yang kami rangkai, kami ciptakan, dan kami putuskan sendiri. (DIR)
"Biarkan Alloh yang mengatur atas apa yang harus dipertahankan, apa yang harus dipisahkan, apa yang harus didapatkan, dan apa yang harus dilepaskan."














1 komentar:

  • Unknown mengatakan...

    Haduh,,, Asmirandah,, sedih-sedih wae ceritanya,,
    tapi benar kenapa kehilangan itu menyedihkan..

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Dea Insani Ramadhan | TNB