Kambing dan Hujan, Sebuah "Susu" Bergizi

05 Oktober 2015 0 komentar
Ilustrasi: Dokumen Pribadi

Jika ada yang bertanya pendapat tentang susu, maka saya akan menjawab, minuman ringan namun padat nutrisi. Sama halnya dengan "susu" bersampul dominan hijau ini, ia ringan tapi padat pengetahuan.


Mengapa ringan? Sebab, sebagai salah satu calon penerima Kusala Sastra tahun ini, saya tak mengira akan bertemu dengan aliran kata yang amat sederhana, begitu mudah dicerna, dapat dinikmati tanpa lama, namun bukan berarti ia dapat dilupakan semaunya.

Bagaimana bisa dilupakan jika tema yang diangkatnya adalah kisah penyatuan cinta hawa Nahdlatul Ulama dan adam Muhammadiyah?
Maka berceritalah Mahfud Ikhwan perihal kisah cinta dengan menuturkan sejarah perkembangan NU dan Muhammadiyah dalam sebuah desa, dibumbui persahabatan, mitos, budaya, adat, dunia pesantren Indonesia, sastra Indonesia, tak lupa sedikit porsi sejarah mengenai PKI, dan politik Indonesia.

Oh, bagi saya, sejarah yang dituturkan dalam fiksi memanglah selalu menyenangkan. 

Mengambil istilah Efek Rumah Kaca dalam lagu Biru, jika mau buku yang lebih bergizi bukan hanya yang mal nutrisi, silakan disantap "susu" ala Mahfud Ikhwan ini. InsyaAllah penuh substansi. 

Namun saling mencintailah dengan cara yang biasa dan sederhana, jangan terlalu menggebu, apalagi membabi buta. Jangan sampai punya pandangan 'tanpa dirimu di sisiku lebih baik aku mati' atau 'hidupku tak berarti tanpamu'. Jangan begitu. Janganlah meniru tokoh-tokoh dalam roman Hamka-kalian berdua membaca Hamka, bukan? Coba cermati, karena cinta yang terlalu menggebu-gebu, mereka rata-rata mati muda." - (Mahfud Ikhwan, Kambing dan Hujan)

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Dea Insani Ramadhan | TNB