Mamah dan Permintaanya

10 Mei 2016 0 komentar
Kemarin malam saat saya tengah berbenah untuk kembali merantau, setelah menghabiskan libur panjang ditambah bonus satu hari izin kerja, Mamah mengucapkan sebuah permintaannya kepada Kakang. 

Menyaksikan secara langsung Mamah dan Kakang duduk bersama mengangkat topik menyoal saya, rasanya luar biasa terharu biru. Beberapa kali saya menahan nafas, harapannya agar tak ada rintik air mata yang tumpah, yang kemudian akan menjadi banjir tangisan, dan meski saya berhasil untuk tidak menangis di depan Mamah, jauh di dalam hati, saya banjir air mata haru, sedih, dan juga bahagia.

Dokumentasi: Pribadi
 "Aa, takutnya Ibu terlanjur lupa. Dulu setelah Eteh nikah dan bakal diajak suaminya jauh dari Ibu, Ibu minta satu hal dan satu hal yang sama juga akan Ibu minta ke Aa.

Untuk segala kelebihan, kebaikan, kejelekan, dan kekurangan Dea, semua Ibu titipkan ke Aa. Aa adalah kepala keluarga, imam bagi keluarga yang akan Aa bangun dengan anak Ibu, dan imam yang baik, wajib hukumnya untuk mendidik istri dengan baik.

Silahkan didik anak Ibu. Ibu InsyaAllah Ridha Lillahita a'la menyerahkan Dea ke Aa sepenuhnya, tapi Ibu ngga ikhlas kalau sampai ada kekerasan fisik yang melukai anak Ibu nantinya.

Sejak awal Aa kenal Dea, Aa pasti sudah tahu kalau Dea sudah kehilangan sosok Papap saat umurnya terlalu muda. Susah payah dan mati-matian ibu membesarkan dan berperan ganda menjadi Ibu sekaligus Papap untuk Dea, agar Dea tak perlu merasa kekurangan apa pun selama pertumbuhannya.

Jadi, jangan rusak kerja keras Ibu membesarkan Dea oleh sebuah kekerasan yang Aa lakukan dalam berumah tangga nanti. Karena Ibu tak akan pernah bisa ikhlas.

Setiap rumah tangga, tentu akan diterpa banyak masalah, dihantam ombak ribut, tapi semuanya InsyaAllah akan selesai dengan baik.

Bukankah kalian sudah delapan tahun bersama dan semua masalah selesai dengan baik? Mudah-mudahan seterusnya pun selalu kebaikan yang menyertai kalian. Karena semua masalah akan kembali menjadi baik bila diselesaikan baik-baik."

Dari awal saya kenal Kakang, dan akhirnya memberanikan diri mengenalkan Kakang dengan serius ke Mamah, Mamah tidak pernah meminta syarat apa pun. Hanya satu kali mamah pernah bertanya, "Laki-laki Islam bertanggung jawab bukan?" Sekian.

Mamah tak pernah bertanya Kakang berasal dari keluarga apa, tinggal di mana, punya penghasilan berapa, dan pertanyaan-pertanyaan lain semacamnya. Pada akhirnya, saya sendirilah yang secara suka rela menceritakan latar belakang kehidupan Kakang, karena saya merasa Mamah perlu tahu, meski Mamah tak ingin tahu. Dan luar biasanya Mamah, usai saya menceritakan secara terbuka bagaimana kondisi Kakang, beliau hanya berkata, "Alhamdulillah, yang paling penting laki-laki Islam bertanggung jawab." Islam dan bertanggung jawab.

Maka ketika malam itu akhirnya Mamah mengucapkan sebuah permintannya kepada Kakang, saya berharap besar Kakang mampu memenuhi permintaan Mamah yang tak banyak itu. 

Hanya satu permintaan diantara banyak permintaan-permintaan yang sewajarnya beliau minta. Bukan sebuah permintaan berat, kan, Kang? 

Mamah, terima kasih untuk tak pernah meminta banyak, meski Mamah sebenarnya layak mendapat lebih. Semoga kesederhanaan Mamah dalam meminta, akan menjadi amal di hadapan Allah agar Mamah mendapat lebih dari Ia sebaik-baiknya Sang Pemberi. 

Terima kasih, Mah. Terima kasih banyak-banyak meski Dea baru bisa memberi Mamah sedikit-sedikit. Salam bakti dan sungkem, Dea dan Egy. (DIR)

 Dokumentasi: Pribadi

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Dea Insani Ramadhan | TNB