Gagal = Kesempatan

03 Mei 2012 0 komentar
Akhir bulan Maret yang lalu, saya mencoba untuk pertama kalinya dalam sejarah kepenulisan saya yang minim ini mengikuti sayembara menulis yang diadakan salah satu penerbit buku ke-Islam-an. Awalnya hanya coba-coba dan didasari keinginan untuk menantang diri saya sendiri. Bisakah saya menulis dibatasi pada suatu tema? maka dikirimlah sebuah naskah tertuju kepada sayembara menulis tersebut. Sebenarnya saya terbiasa menulis semau saya, tanpa tema, kadang tanpa rencana, atau tema tulisan saya baru didapat ditengah jalan ketika sedang menulis. Simpelnya saya bilang, mengalir. Maka ketika saya menulis dengan suatu tema yang sudah ditentukan sebelumnya saya baru sadar kalau itu cukup sulit.

 Bagaimana dengan hasilnya? Ya, setelah saya kirim tulisan saya dan saya tunggu pengumuman pemenangnya, ternyata saya gagal untuk kesekian kalinya dalam hidup saya.

 Gagal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak berhasil, tidak tercapai (maksudnya), dan tidak jadi. Jadi kalau melihat arti kata gagal menurut KBBI, kegagalan saya mengikuti sayembara menulis tidak sepenuhnya gagal. Gagal adalah tidak jadi, ya saya memang tidak jadi juara atau menjadi penulis dengan naskah terpilih tapi mari coba kita lihat gagal dari dua arti lainnya. Gagal adalah tidak berhasil. Faktanya disini saya berhasil. Berhasil memaksakan diri saya sendiri untuk menulis dibatasi pada suatu tema yang telah ditentukan. Itu artinya saya tidak gagal tetapi berhasil. Definisi gagal yang lain adalah tidak tercapai (maksudnya), dan saya ternyata sudah mencapai maksud yang diinginkan dari mengikuti sayembara menulis tersebut yaitu menantang diri.

 Mungkin saya terlihat sedang menghibur diri sendiri atas kegagalan saya. Mencari-cari pembenaran dari kegagalan. Bukan pembenaran sebenarnya, tapi lebih bagaimana membuat kegagalan yang saya alami tetap terlihat positif.

Saya termasuk kedalam orang yang sering gagal selama hidup. Kemarin, saya gagal merealisasikan beberapa target harian saya, salah satunya adalah menulis tulisan ini sekarang. Seharusnya tulisan ini ditulis kemarin bukan hari ini, maka ini adalah salah satu kegagalan saya. Atau kegagalan saya dipanggil test psikotes kerja. Gagal ganti kanvas rem motor. Gagal SNMPTN. Gagal masuk SMA idaman. Gagal makan di tempat ini. Gagal nonton itu. Gagal ketemu anu. Gagal pergi ke sana. Gagal jadi juara. Gagal ! Gagal ! Gagal ! Dan kalau saya flash back kegagalan saya yang lainnya, so much. Maka silahkan bayangkan bagaimana kalau saya adalah tipe orang yang meratapi kegagalan. Seberapa banyak saya gagal maka sebanyak itu pulalah saya sedih, meratapi diri, dan depresi. Naudzubillah.
Jadi buat saya orang yang sering gagal dan selalu berusaha melihat gagal lebih positif, gagal adalah kesempatan. Gagal memberikan saya dua kesempatan, kesempatan memperbaiki atau kesempatan meratapi. Kesempatan memperbaiki apa yang salah sehingga kegagalan bisa menghampiri, atau kesempatan meratapi dan menangisi kegagalan diri sendiri tiada henti. Ya, kesempatan. Mana yang akan kalian pilih kalau kalian termasuk kedalam orang yang sering gagal seperti saya? Kalau saya tentu tanpa ragu memilih hidup mulus tanpa gagal, hehe. Tapi lagi-lagi saya bilang, inilah hidup yang kadang unpredictable.
Selagi masih bisa berhasil kenapa harus gagal? Kalau nantinya gagal berarti ada kesempatan memperbaiki dan tak ada kesempatan meratapi. (DIR)

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Dea Insani Ramadhan | TNB